Guru di Pulau Simeulue Merasa Sulit Menilai Peserta Didik Selama Pandemi COVID-19

Manado – Kalangan guru di Pulau Simeulue, Aceh, mengaku kesulitan memberi penilaian objektif kepada peserta didik selama pandemi COVID-19 karena metode ajar dilakukan secara daring atau tidak tatap muka seperti selama ini.

“Kami kesulitan memberi penilaian objektif kepada anak didik karena pembelajaran dilakukan secara dari, tidak tatap muka langsung,” kata Herawati, guru sekolah dasar di Simeulue, Kamis.

Menurut Herawati, belajar daring dari Pulau Simeulue terkendala dengan jaringan internet. Kendala tersebut tidak hanya dihadapi peserta didik, tetapi juga kalangan guru.

Selain kendala jaringan internet, kata Herawati, tidak semua peserta didik memiliki gawai, sehingga banyak dari mereka terpaksa tidak mengikuti pembelajaran secara daring atau online.

“Kalau kami langsung datang ke rumah peserta didik juga terkendala dengan anggaran. Apalagi kami hanya guru kontrak dengan gaji yang terbatas,” kata Herawati.

Senada juga diungkapkan Syarifah, guru di Kabupaten Simeulue lainnya. Ia juga mengaku kesulitan memberi penilaian kepada peserta didik karena tidak melihat langsung saat mereka belajar.

“Terkadang ada peserta didik nilainya biasa saja ketika belajar langsung. Tapi, saat belajar daring, nilainya lebih baik. Kami tidak tahu, apakah mereka sendiri yang menjawab, atau jawaban orang lain,” kata Syarifah.

Kendati begitu, kata Syarifah, para guru tetap bertanggung jawab menjalankan proses belajar mengajar, baik secara daring maupun tata muka langsung di tengah pandemi COVID-19.

Sebab, kata Syarifah, pendidikan tidak boleh berhenti, walau terhambat karena pandemi COVID-19. Apalagi mereka yang mengajar di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar seperti di Pulau Simeulue.

“Banyak kendala kami hadapi mengajar di Pulau Simeulue. Seperti sulitnya transportasi, ada yang naik perahu motor mengarungi Samudra Hindia selama dua jam, masalah jaringan internet, dan lainnya,” kata Syarifah.(Ant)